Kamis, 20 Oktober 2011

Karena Pekerjaan, Manusia dan Tempat Tinggal

Semakin bumi bertambah tua semakin kencang dan tak terkendali pula laju pertumbuhan penduduk. Bumi yang tadinya luas kini menjadi sempit akibat banyaknya pembangunan pemukiman rumah dan gedung-gedung sebagai tempat kerja manusia. Namun itu adalah hal yang alamiah karena setiap manusia membutuhkan tempat tinggal dan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Kebutuhan adalah sebagai salah satu faktor manusia yang tidak dapat dihilangkan karena setiap manusia pasti memikirkan cara untuk mempertahankan hidup. Karena itu kota-kota besar sebagai pusat perekonomian telah diserbu oleh kaum urban. Penduduk yang tinggal di desa atau di kota kecil berbondong-bondong mendatangi kota pusat ekonomi untuk mendapatkan pekerjaan. Akibatnya kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta kewalahan untuk memberikan jaminan kesehatan bagi warganya. Ruang perkotaan yang semakin sempit ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata membuat kota-kota besar di Indonesia masih harus bergelut dengan kemiskinan.

Karena tak tekendalinya urbanisasi dan wilayah pusat perekonomian yang terbatas maka tanah-tanah yang tadinya merupakan tempat tinggal manusia kini berganti menjati tanah-tanah tempat perkantoran dan perdagangan. Akhirnya pusat kota tidak mamapu lagi menyediakan tempat tinggal yang layak bagi penghuninya. Ini terbukti dengan banyaknya para tunawisma.

Jembatan yang tadinya berfungsi untuk penyeberangan sekarang bertambah fungsi yaitu sebagai tempat berlindung manusia dari panasnaya matahari dan derasnya hujan. Mereka berlindung dibawah kolong jembatan dan sebagian besar penghuninya adalah kaum urban. Tidak hanya itu, saat malam hari jalan-jalan perkotaan yang tadinya hanya dihiasi oleh lampu-lampu yang cantik kini pinggiran jalan kota juga berhiaskan golongan tunawisma yang tidur didepan pertokoan dengan berkasur kardus dan berselimut koran. Lapangan sebagai tempat bermain anak-anak telah berubah menjadi gedung bertingkat, oleh karena itu kini lahan tempat bermain anak-anak menadi sangat mengerut. Merka tidak bisa lagi bermain di tempat yang luas, Para pengguna jalan beroda harus berbagi jalan dengan anak-anak.

Pertanyaannya, mengapa banyak kaum urban yang tinggal di bawah kolong jembatan dan tidur didepan pertokoan? Tidak hanya mengerutnya wilayah perkotaan yang mengakibatkan hal tersebut tetapi, seperti yang telah dibahas diatas pertumbuhan ekonomi yang tidak merata jugalah yang mengakibatkan hal ini. Banyak kaum urban yang terjebak di pusat kota perekonomian, mereka tidak dapat kembali ke kota asal mereka. Sebabnya ya kerena mereka tidak beruntung mendapat kesempatan untuk bekerja.

Akhirnya mereka yang tidak beruntung itu menjadi faktor semakin menumpuknya pengangguran.  Karena sempitnya lahan pekerjaan , kaum urban terpaksa bekerja sebagai buruh serabutan. Sebagai contoh adapun kepala rumah tangga yang bekerja sebagai pemulung. Pemulung? Pekerjaan ini tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga, untuk makan saja tidak cukup apalagi untuk menyekolahkan anak mereka.

Dari sinilah banyak anak-anak putus sekolah, anak-anak tersebut harus ikut serta membantu orangtuanya untuk mencari nafkah agar dapat melanjutkan hidup. Dipagi hari yang sibuk, dimana orang–orang pergi bekerja dan anak-anak pergi sekolah, terlihat banyak anak-anak tidak menggunakan pakaian seragam sekolah namun mereka menggunakan pakaian lusuh mereka. Bukan tas yang berisikan buku pelajaran yang mereka bawa tetapi alat musik yang sangat sederhana untuk mengiringi lagu yang akan mereka nyanyikan di setiap mobil angkutan, dan ya mereka mengamen untuk menambat kepingan uang receh untuk mengisi perut yang lapar. Jika anak-anak sekolah memikirkan pelajaran, para pengamen cilik harus memikirkan bagaimana cara mereka bisa makan hari ini. Dari tahun ke tahun presentase jumlah anak-anak jalanan semakin  meningkat.
Ironis memang, tapi bagimana lagi inilah kehidupan sebuah realita yang harus di jalani.

Sumber :
http://kompas.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar